Rabu, 30 Januari 2013

Dialog Dr. Muhammad Badri, MA Dengan Etnis Cina

Suatu hari saya melakukan perjalanan dari Surabaya ke Jakarta, kala itu saya duduk, di sebelah seorang etnis cina. Lelaki itu rupaya tidak kuasa menahan rasa penasarannya, ia bertanya: 
"Maaf pak, apa harus berjenggot seperti penampilan para teroris seperti ini?" 
Mendapat pertanyaan ini, saya menjawab: "Iya, harus."
Kembali lelaki itu bertanya: "Mengapa?" 




Saya menjawab : "Karena jenggot adalah identitas saya sebagai seorang lelaki. Saya adalah seorang yang beragama Islam, dan Islam mengajarkan agar umatnya menjaga identitasnya. Diantara identitas yang harus dijaga ialah identitas gender. Saya sebagai lelaki harus menjaga identitas sebagai lelaki sehingga berbeda dengan lawan jenis. Dengan menjaga identitas, maka secara langsung kita menjaga jati diri, kepribadian dan karakter. Dengan terjaganya penampilan, kepribadian, karakter dan jati diri, maka kaum lelaki dapat menjalankan fungsinya sebagai laki-laki. Namun apa boleh dikata, di zaman sekarang, telah banyak yang terbalik, lelaki berhias, beranting, berkalung, bergelang, celana gombrang, rambut gondong dikuncir, dan suka berdandan. Namun wanita sebaliknya, rambut cepak, celana pendek, baju ketat."
Kemudian saya balik bertanya: "Coba pak, apa bapak mau menerima seorang lelaki yang berpenampilan gondrong, berjalan lenggak-lenggok, penuh dengan perhiasan, bersuara lembut mendayu-dayu bak biduanita, sebagai calon suami putri bapak? Demikianlah gambaran yang sebenarnya tentang penampilan jenggot."

Merasa mendapat tanggapan, lelaki tersebut kembali bertanya: "Bila demikian istri bapak bercadaran juga ya, kayak istri-istri teroris gitu?"
Saya jawab: "Oo tentu dong, istri saya cadaran lengkap."
Ia kembali bertanya: "Memang kenapa kok cadaran?"
Saya balik bertanya: "Bapak benar ingin tahu alasannya?"
Ia meenjawab: "Iya."
Saya berkata: "Karena dia adalah istri saya seorang, saya menikahinya memberinya mahar, nafkah dan perlindungan, maka hanya saya yang boleh menikmati kecantikan wajahnya lembut kulitnya, dan riang candanya. Terus terang saya untuk urusan yang satu ini kikir alias pelit, sehingga saya tidak rela bila ada lelaki lain yang turut melihat cantiknya istriku, apalagi sampai menyentuhnya atau duduk bersanding dengannya. Berbeda dengan istri kebanyakan orang, mereka membiarkan bahkan bangga bila istrinya memamerkan kecantikan dan mulus kulitnya kepada orang lain."
Selanjutnya saya balik bertanya: "Pak, izinkan saya balik bertanya: Kapankah istri bapak berpenampilan paliang cantik setelah acara pesta pernikahan?"
Bapak itu bingung menjawab.
Akhirnya saya kembali memperjelas pertanyaan saya dengan mengatakan: "Perhiasan emas, make up, dan pakaian yang bapak belikan untuknya, kapankah ia kenakan? Ketika hendak keluar rumah atau ketika masuk rumah dan hendak tidur?"
Bapak itu dng lugunya menjawab : "Ya ketika hendak keluar rumah, terutama ketika menghadiri pesta atau acara resmi."
Mendapat jawaban ini kembali saya berkata: "Bila demikian adanya, bapak yang membelikan orang lain turut menikmatinya, sehingga dia adalah istri bapak dan juga istri orang banyak. Istri bapak bebas bercanda, duduk bergurau, berjabat tangan, saling tepuk bahu atau lainnya dengan lelaki siapapun, bahkan berenang di kolam renang umum dengan siapapun yang membedakan antara bapak dan lelaki lain hanya satu, yaitu kamar tidur."
 

Mendengar ucapan saya ini, sungguh mengejutkan reaksi lelaki itu. Saya kira dia akan marah dan tersinggung. Lelaki itu ternyata mengiyakan ucapan saya dan berkata: "Ooo benar juga dia istri kita bersama kalau demikian."

sumber :  
http://www.facebook.com/muhammadarifin.badri

2 komentar:

  1. Nice blog.. Informative blog.. Tp usul templatenya diganti jgn gelaplah.. Dlm dunia blogger gelap biasanya utk web; porn or judi.. Tp ni cm usul aj.. Cb cari gratisan di http://newbloggerthemes.com/ OK.. Nice blogging bro...!!!

    BalasHapus

Silakan saran dan kritiknya