YOGYAKARTA (ahlussunnah-batang.blogspot.com) - Alhamdulillah, pada hari Senin 30 Desember 2013 kemarin, kami (admin ahlussunnah-batang.blogspot.com bersama dengan admin infoforkisma.wordpress.com) melakukan kunjungan ke Ponpes Ihya As Sunnah Yogyakarta yang diasuh oleh Ustadz Jafar Umar Thalib, dan berikut adalah reportase perjalanan tersebut, sebagaimana yang dirilis oleh infoforkisma.wordpress.com ;
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Senin 30 Desember, dipenghujung tahun 2013 M, admin infoforkisma dan
admin Ahlussunnah-Batang melakukan perjalanan ke kota Yogyakarta. Tujuan
perjalanan kali ini adalah Ponpes Ihyaas Sunnah. Sebuah Pondok
Pesantren yang terletak di Jl. Kaliurang km.15 Umbulmartani,
Ngemplak-Sleman. Disinilah Ustadz Ja’far Umar Thalib sehari-hari
mengajar muridnya di sebuah masjid kecil di komplek pondok tersebut.
Tiba di Ponpes Ihyaas Sunnah kami istirahat sebentar di masjid pondok. Ketika itu sedang ada beberapa santri yang belajar didalam masjid. Terdengar jelas mereka sedang menghafal hadits dengan suara keras. Dipandu oleh seorang pengampu, anak-anak kecil yang usianya belasan tahun itu tampak semangat menghafal.
Suasana lingkungan pondok yang tenang (bahkan cenderung sepi) membuat
kami berjalan melihat suasana sampai kemudian kami bertemu dengan Ust .
Abdul Hakam di kantor pondok. Perbincangan hangat mulai mengalir
tentang kondisi pondok, sistem pelajaran dan tentang dakwah ahlussunnah
dewasa ini.
“Disini anak-anak belajar dengan sistem mulazamah sampai beberapa
tahun. Nanti kalau mereka mau melanjutkan ya kami persilahkan. Mau ke
Yaman atau yang lain” begitu kata beliau. Kemudian kami menyinggung soal
majalah Salafy yang baru diterbitkan kembali. “Ya insyaAllah kami akan
terbitkan. Begitu materi siap dan semuanya siap, ya kita cetak. Dakwah
tidak harus ditentukan dengan waktu” ujar beliau yang ketika itu tampak
santai di kantor pondok.
Terkait dengan dakwah, beliau menasehatkan sebuah nasehat yang patut
kita ingat. “Dakwah ahlussunnah itu menutup segala pintu perpecahan.
Benar perbedaan dan perpecahan akan terjadi namun kita harus berusaha
untuk menutup pintu tersebut. Bukan malah kita membuka pitu perpecahan”
kemudian beliau menceritakan bagaimana usaha Utsman bin Affan
Radliallahuanhu untuk menyatukan kaum muslimin dalam masalah bacaan Al
Quran. Selain itu beliau juga menyinggung soal bahaya syiah dan
pentingnya membendung meluasnya syiah di Indonesia.
Menemui Ustadz Ja’far Umar Thalib
Setelah kami berbincang hangat dengan Ust Abdul Hakam di ruang tamu
kantor, kami kemudian ijin untuk menemui Ust Jafar Umar Thalib yang
ketika itu berada dirumahnya. Berjalan beberapa meter dan masih
dilingkungan pondok, kami mencoba mengetuk pintu pekarangan rumah ustadz
yang bercat putih tersebut.
“Assalamualaikum”
“Wa’alaikum salam warahmatullah, mari-mari…ahlan” sambut beliau
dengan senyum dan wajah yang ceria. Kami menyalami beliau dan beliau
mempersilakan duduk. Beliau tampak sedang berbincang santai diteras
rumah ketika itu. Dari teras terlihat perpustakaan pribadinya yang
berisi banyak kitab berjejer rapi.
Saling menanyakan kabar, admin Ahlussunnah Batang memulai pembicaraan
dengan kegiatan dakwah yang ada di Pekalongan. Beliau menceritakan awal
mula berdirinya pondok yang ada sekarang.
“Tahun 94 saya mulai disini. Dulu awalnya ngontrak. Akhirnya Allah
kasih rejeki sehingga bisa seperti ini”. Tentang keberadaan pondok yang
berdampingan dengan rumah penduduk beliau mengatakan “Ya. Kita nyatu
sama penduduk alhamdulillah”
Ketika ditanya tentang rencana pengajian di Solo, beliau mengatakan
mungkin dalam waktu dekat akan ke Solo. Diantaranya akan membahas
tentang manuver Syiah yang makin meresahkan. Beliau menasehatkan supaya
pihak pemerintah ikut berperan aktif dan memanfaatkan lembaga yang sudah
dibentuk dalam mewaspadai dan menindak gerakan aliran sesat. Obrolan
semakin hangat dan beliau sangat bersemangat dalam menyampaikan
seakan-akan beliau sedang mengisi kajian. Beliau berharap agar gerakan
terselubung Syiah segera dihentikan.
Mendung semakin menghiasi langit Jogja ketika itu. Suasana jalan
Kaliurang km.15 semakin mendung menjelang dzuhur. “Sudah beberapa hari
ini sini ndak hujan” begitu kata beliau. Sebelum waktu dzuhur tiba, kami
pun pamit undur diri untuk melanjutkan perjalanan. (CAN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan saran dan kritiknya