Jumat, 25 Januari 2013

Kisah Sepatu Dr. Ali Musri, MA


Bismillah, berikut adalah rangkaian status facebook Ustadz Dr. Ali Musri, MA yang berkisah tentang pengalaman beliau sewaktu menghadiri rapat KOPERTIS di Surabaya. Kesalahan ketik yang terdapat pada status beliau telah saya betulkan dengan tanpa mengubah isi cerita. Selamat membaca semoga kita dapat mengambil faidah dari kisah ini.

Setahun yang lalu tepatnya juga bulan Januari tanggal 9 tahun 2012, ana dapat undangan dari Kopertis wilayah IV Surabaya. Jam 00.5 (mungkin maksud beliau jam 05.00 pagi) ana naik Kereta Mutiara Timur dari Jember. Karena mau menghadiri rapat kerja dengan seluruh pimpinan perguruan tinggi swasta tentu perlu berpakaian rapi dan necis begitulah kira-kira. Setelah jam 05.00 lebih sedikit kereta sudah masuk Surabaya. Ana berencana mau turun di stasiun Bromo karena lebih dekat dengan kampus IAIN Surabaya, karena rapat kerja di adakan di sana, disamping keburuan mau shalat subuh.


Akhirnya setelah kereta berhenti di stasiun Bromo, ana turun dan bersiap shalat subuh dulu. Saat mau masuk mesjid perasaan curiga sudah ada, jangan- jangan sepatuku hilang habis shalat nanti. Akhirnya ana taruh ditempat agak kedalam masjid.

Setelah selesai sholat, ana bergegas melihat sepatu ana, kenyataannya benar-benar dicuri orang. Ana termenung sejenak. Sambil membaca do'a allahumma ajirni fi musibati wakhluf li khairan minha. Saat ana dalam kebingungan itu tiba-tiba seseorang juga ngaku kehilangan sandalnya...! Kemudian ana berusaha bertanya pada orang-orang yang sedang duduk di Peron menghadap kearah masjid. Sebelumnya ana berharap karena banyak orang yang duduk menghadap ke arah masjid, sebelum sholat ana agak kurang khawatir atas kehilangan sepatu. Namun kenyataan berbeda.

Setelah ana tanya pada orang sekitar katanya mereka juga kehilangan handphone dan barang-barang lain karena mereka sejak malam sudah tidur di stasiun tersebut. Rupanya mereka adalah para suporter Persebaya yang kemalaman dan ketinggalan kereta untuk balik ke tempat masing-masing. Alhasil banyak yang kehilangan dari malam. Kata para pengangkut barang yang biasa bekerja di stasiun. Ketika itu semua orang yang ada di stasiun melihat pada ana dengan penuh curiga dan keheranan. Baik yang baru datang maupun yang baru turun dari kereta.

Mungkin yang membuat mereka curiga dan keheranan adalah karena jarang melihat orang berpakain rapi dan jenggotan lagi cekeran di keramaian. Tentu pemandangan menimbulkan berbagai macam dugaan. Mungkin stres, mungkin sedang cari perhatian, cari sensasi dan sebaginya.

Almuhim, ana hanya merasakan satu perasaan maluuu sekaliii. Sambil berfikir bagaimana caranya mau ikut rapat kerja di Kopertis jam 8.00 pagi ini? Ana mencoba bertanya pada salah seorang pekerja Porter di stasiun,
"Dimana tempat jual sepatu yang dekat dari sini?"
Jawabnya: "Di depan ini ada Mall Pak, tapi baru buka jam sembilanan."
Aku bertanya lagi, "Apa tidak ada yang lebih (pagi) buka dari itu?"
Ia berfikir sejenak, lalu bilang, "Nanti jam 07.00 ada penjual sepatu bekas dekat masjid di seberang jalan kira-kira 300 m dari sini."
"Terimakasih pak yaa..!"

Akhirnya ana menunggu dibuka toko sepatu loakan tersebut di ruang tunggu bersama calon penumpang lainnya. Meskipun setiap orang yang lewat dekat ana menatap dengan keheranan. Karena kelihatan aneh, orang jenggotan, cingrangan, berjas rapi tapi cekeran...!! Beda jika yang cekeran itu berbaju lusuh, berwajah lesu, penampilan biasalah pokoknya. Tiba-tiba seorang ikhwan yang baru datang menghampiri ana.
"Ini ust Ali ya...?" Tanyanya sambil salaman.
"Kenapa ust..? Sepatunya hilang...?" Imbuhnya lagi.
"Iya," jawab ana sambil tersenyum.
"Ada yang jual sandal ndak ...yang dekat dari sini...?" tanya ana padanya.
"Oo ya Ust..mari saya bantu carikan.".

Akhirnya dapatlah sandal jepit untuk sementara menuju tempat penjualan sepatu bekas yang mau ana tuju. Tepat jam 07.00 ana keluar stasiun menuju tempat tersebut, jalan begitu padat dan ramai sekali, karena tepat jam masuk kantor dan sekolah. Ana berjalan di tengah keramaian tersebut dengan perasaan yang mungkin semua akan merasakannya. Ketika menyeberang jalan para pengendara berhenti memberi jalan namun mata mereka tertegun sejenak melihat ke arah ana. Ana yakin mereka mengerti, ana sedang kehilangan sandal, gumam ana dalam hati untuk mengurangi sedikit perasaan malu. Karena penampilan aneh..! Berpakain rapi tapi pakai sandal jepit. Alhasil sampailah ana pada tempat penjual sandal bekas tersebut. Ana maunya beli sepatu yang terbuka di belakang alias sepatu sandal. Ana berdiri dan mencari dimana tempatnya sepatu sandal. Ooo itu dibawah rak, gumamku. Aku pegang yang pertama kayaknya sudah terlalu tua/lama. Ana coba cari yang lain, tanpa ku duga, tanpa ku kira. Ana ketemu sepatu sendiri...??? Haaah...ndak mungkin, masak iya sih, ketemu sepatuku sendiri..!!

Ana tertegun sejenak, ah ini benar sepatuku. Lalu ana tanya pada penjual:
"Pak siapa yang jual sepatu saya ini kesini? Berapa dijual pak?"
Penjual lalu terkesima dan agak grogi, "Ooo..ndak apa-apa bawa aja, bawa aja, ndak usah dibayar."
Ana semakin heran lagi, kok baik amat penjual ini...?!
"Benar pak ..?"
"Ya bawa aja," jawabnya.
"Terimakasih ya pak. Kalau begitu bapak saya kasih sandal saya ini aja..?" Lalu ana serahkan sandal jepit pada penjual tersebut. Ana masih bingung memikirkan kejadian tersebut, bercampur antara perasaan gembira, senang sekaligus keheranan.

Pikiran ana mencoba mengulas kejadian tersebut, mencoba memetik pelajaran dari kejadian tersebut:
1. Biasakan menghargai sesuatu walau bentuknya hina, bagaimanapun rapinya pakaian kita namun tidak pakai sendal tidak ada nilai kerapian tersebut. Sedangkan sendal sesuatu yang diinjak setiap hari. Demikian pula bila anda menjadi seorang yang berhasil dalam karirnya, keberhasilan itu tidak terlepas dari kerjasama dan bantuan orang-orang yang dibawah kita...renungkanlah...
2. Sesuatu yang sudah ditaqdirkan menjadi milik kita, tidak akan kemana-mana. Rezeki yang ditaqdirkan Allah untuk kita tidak akan pernah berpindah ke tangan orang lain...yakinlah.. Walau ada yang mencoba merebutnya dari kita, Allah akan mengembalikannya pada kita.

Dengan perasaan yg tak menetu ana lanjutkan perjanan menuju IAIN Surabaya, sesampai di sana ana pergi ke masjid kampus IAIN untuk berwudhu' dan beristirahat. Saat bersandar duduk pada dinding masjid tiba-tiba telepon ana berdering.
"Hallloo, ini siapa?"
Jawab si penelepon temannya waktu di MAPK - PGAI dulu.
"Ooo, siapa ?"
Lalu si penelepon mengucapakan: "Selamat ulang tahun ya...!"
Ana tertegun sejenak, karena tidak menyadari kalau ini bertepatan dengan tanggal kelahiranku. Sebab sejak dulu ndak pernah merayakannya apa lagi setelah tahu hukumnya.
Ana jawab: "Ya, bagaimana kabarnya? Ini dari siapa ya?"
Maklum teman-temanku belum semua yang mengenal tentang hukum ulang tahun, apalagi sudah berpisah lebih dari 15 tahun lalu dan terpencar kemana-mana. Tapi mereka sangat senang ketika cerita tentang hidupku yang penuh dengan liku-liku keunikan. Mereka tahu persis bagaimana kehidupanku sewaktu sekolah di MAPK - PGAI Padang. Mereka sama sekali tidak pernah menduga kalau ana bisa kuliah ke Medinah apalagi menyelesaikan S3 di sana.

اللهم لك الحمد من قبل ومن بعد 
اللهم اجعلني من الشاكرين

Pendek cerita kisah di atas ana ceritakan padanya dan ana sebutkan dua faedah atau hikmah yang bisa dipetik dari kisah tersebut. Ia ikut keheranan disamping tertawa ketika mendengarkannya...

-selesai-

sumber : http://www.facebook.com/profile.php?id=100005079901340&fref=ts

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan saran dan kritiknya