Kamis, 21 Februari 2013

PENAMPILAN


Penampilan bagi banyak orang begitu penting, dan mungkin anda adalah salah satunya.

Jangan kawatir sobat, karena sikap anda secara syari'at adalah suatu hal yang wajar. Bukan suatu kesalahan bila anda berusaha untuk selalu tampil rapi, perlente, sehingga anda semakin percaya diri dan terkesan meyakinkan.

Sikap semacam ini sah-sah saja, bahkan Islam juga tidak melarang anda melakukannya.

Suatu hari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
لا يدخل الجنة من كان في قلبه مثقال ذرة من كبر
tidak akan masuk surga orang yang di dalam jiwanya terdapat kesombongan walau hanya sebesar biji sawi.

Spontan seorang sahabat bertanya: Wahai Rasulullah, bagaimana halnya dengan orang yang suka untuk berpakaian bagus dan mengenakan terompah bagus?

Sahabat tersebut bertanya karena ada kesan yang telah jamak di masyarakat bahwa orang yang selalu berpakaian rapi, bersih dan bagus adalah sombong dan congkak. Karena itu beliau kawatir dan merasa perlu untuk mempertanyakannya.



Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab pertanyaan sahabat tersebut dengan bersabda:
إِنَّ اللهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الكبر بطر الحق وغمط الناس
Sejatinya Allah Maha Indah dan suka dengan keindahan. Kesombongan yang sejati ialah sikap menolak kebenaran dan merendahkan orang lain. (Muslim)

Karena itu, nilailah orang lain dari sikap dan perilakunya dan bukan sekedar penampilannya.

Suatu hari ketika saya duduk-duduk di Masjid Nabawi, dan kebetulan di depan saya ada seorang lelaki tua dari iklim Blusistan (wilayah di afganistan). Lelaki itu penampilannya begitu menakjubkan, jenggotnya putih semua dan panjang hingga terjulur ke pangkuannya.

Ditengah-tengah saya membaca Al Qur'an ada seorang jamah haji Indonesia yang melintasi lelaki tua yang duduk di depan saya itu.

Betapa terkejutnya, jamah haji Indonesia tersebut rupanya tersihir oleh penampilan lelaki tua dari Blusistan tersebut. Tanpa pikir panjang, jamaah haji Indonesia itu menyalaminya, mencium tangan, kepala, pipi, jenggot, bahkan lututnya.

Menyaksikan pemandangan yang tidak mengenakkan ini, segera saya berusaha menyadarkan saudara kita ini, dan saya katakan: "Pak, dia ini lelaki biasa bukan malaikat, dia juga sesama jamaah haji, janganlah bapak bersikap ekstrim atau kultus seperti ini."

Namun apa boleh di kata, saudara kita jamaah haji ini bukannya bersyukur diingatkan ia malah marah kepada saya dan bilang : "Kamu ini ndak ngerti apa-apa".
Allahul musta'aan.

Oleh Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA
Sumber : http://www.facebook.com/muhammadarifin.badri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan saran dan kritiknya