Bismillah,
Bukankah dalam perkara akherat kita harus melihat orang di atas kita?
Na'am, mari kita bandingkan diri kita dengan para ulama (yakni orang-orang di atas kita dalam perkara akherat). Ulama yang akan kita bandingkan disini adalah ulama mutaakhirin (hidup di zaman ini), karena tak akan mampu bila yang kita jadikan bandingan adalah ulama-ulama salaf (terdahulu), semisal Abu Bakar (dari kalangan sahabat). Jangankan kita, Umar saja, yang sama-sama sahabat tidak mampu dibandingkan dengan Abu Bakar karena demikian mulianya beliau. Maka celakalah orang-orang yang mencela Abu Bakar, Celakalah orang-orang Syiah! Semoga Alloh menghancurkan mereka.
Na'am, mari kita bandingkan diri kita dengan ulama yang sejaman dengan kita, taruhlah Syaikh Al Albani. Apa yang membuat beliau demikian hebatnya dalam hal agama? Selain karunia yang Alloh berikan kepada beliau? karena memang karunia Alloh khusus diberikan pada person tertentu. Tetapi diluar hal tersebut, beliau laki-laki, kita juga laki-laki. Beliau hidup dijaman moderen, kita pun demikian. lalu apa yang membedakan? Beliau masya Alloh, seorang alim, ahli hadits. Kita?
Satu hal pembeda yang paling menonjol antara beliau dengan kita adalah azam. Ya, tekad-lah yang membedakannya. Tekad beliau kuat dalam perkara agama, sedangkan kita, tekad kita kuat dalam perkara dunia. Bayangkan saja, dalam sepekan, beliau hanya bekerja mencari nafkah selama lima hari saja, itupun dalam sehari beliau hanya bekerja selama tiga jam saja?! Selebihnya, beliau gunakan untuk belajar, menuntut ilmu. Demikian zuhudnya beliau dalam perkara dunia, namun "rakus" dalam perkara akherat, maka tak heran apabila beliau tumbuh menjadi sosok ulama robbani. Tidakkah kita ingin seperti beliau, minimal memiliki tekad seperti tekad beliau dalam perkara agama?
Bersemangatlah dalam perkara akherat dan agama, bersemangatlah dalam menuntut ilmu dan belajar, insya Alloh itulah jalan kebaikan.
Semoga bermanfaat.
Abu Abdillah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silakan saran dan kritiknya